Jumat, 30 Januari 2009
Kamis, 29 Januari 2009
Telaga Bidadari
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan gagah. Ia bernama Awang Sukma. Awang Sukma mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun melihat aneka macam kehidupan di dalam hutan. Ia membangun sebuah rumah pohon di sebuah dahan pohon yang sangat besar. Kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma diangkat menjadi penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah telaga yang jernih dan bening. Telaga tersebut terletak di bawah pohon yg rindang dengan buah-buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan riangnya. "Hmm, alangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar biasa," gumam Datu Awang Sukma. Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar suara riuh rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada 7 orang gadis cantik sedang bermain air. "Mungkinkah mereka itu para bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis cantik itu tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu selendang tersebut terletak di dekat Awang Sukma. "Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu," gumam Datu Awang Sukma. Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masing-masing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang tidak menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma segera keluar dari persembunyiannya. "Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan tuan putri sudi tinggal bersama hamba," bujuk Datu Awang Sukma. Putri Bungsu masih ragu menerima uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain maka tidak ada jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan Awang Sukma. Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu Awang Sukma sangat bahagia. Namun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi di atas permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam. "Apa kira-kira isinya ya?" pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak gembira. "Ini selendangku!, seru Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya. Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. "Kini saatnya aku harus kembali!," katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya sambil menggendong bayinya. Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung mendekat dan minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang Putri Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan. "Kanda, dinda mohon peliharalah Kumalasari dengan baik," kata Putri Bungsu kepada Datu Awang Sukma." Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong ke angkasa. "Jika anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan masukkan ke dalam bakul yang digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti dinda akan segera datang menemuinya," ujar Putri Bungsu. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke kahyangan. Datu Awang Sukma menap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya memelihara ayam hitam yang dia anggap membawa malapetaka. Pesan moral : Jika kita menginginkan sesuatu sebaiknya dengan cara yang baik dan halal. Kita tidak boleh mencuri atau mengambil barang/harta milik orang lain karena suatu saat kita akan mendapatkan hukuman.
Lutung Kasarung
Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. "Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta," kata Prabu Tapa. Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. "Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya," gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. "Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !" ujar Purbararang. Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, "Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri". "Terima kasih paman", ujar Purbasari. Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya. Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum. Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. "Apa manfaatnya bagiku ?", pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut. Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. "Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !", kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang. "Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku", kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, "Jadi monyet itu tunanganmu ?". Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana. Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Roro Jonggrang
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. "Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!", ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. "Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso. Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang. "Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?", Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro Jonggrang. Loro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. "Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya", ujar Loro Jongrang dalam hati. "Apa yang harus aku lakukan ?". Loro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso. "Bagaimana, Loro Jonggrang ?" desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide. "Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya," Katanya. "Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?". "Bukan itu, tuanku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. "Seribu buah?" teriak Bondowoso. "Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam." Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. "Saya percaya tuanku bias membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!", kata penasehat. "Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!" Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. "Pasukan jin, Bantulah aku!" teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso. "Apa yang harus kami lakukan Tuan ?", tanya pemimpin jin. "Bantu aku membangun seribu candi," pinta Bandung Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. "Wah, bagaimana ini?", ujar Loro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. "Cepat bakar semua jerami itu!" perintah Loro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung... dung...dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing. Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. "Wah, matahari akan terbit!" seru jin. "Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi. "Candi yang kau minta sudah berdiri!". Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. "Jumlahnya kurang satu!" seru Loro Jonggrang. "Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan". Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. "Tidak mungkin...", kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang. "Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!" katanya sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang. Ajaib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro Jonggrang.
Anggan Yang Tertinggal
Nanar mataku, menatap mata yang tertinggal
Sesal semua yang terjadi telah menjadi kenangan
Segores luka yang tersimpan dalam hati
Perih terasa meresap ke aliran darah,sumsum,sampai ketulang
Ini bukan cerita tentang dengki, iri hati, atau ambisi
Tapi ini sebuah cerita
Tentang memori yang jauh tinggal dan takkan mungkin bisa kembali
Seribu bait Tanya ku ucapkan ,
Tapi tak satupun kata bisa menjawabnya
Cinta, sudah ku coba relakan semua
Sudah ku coba mengubur memori yang ada
Taoi mengapa bayangmu selalu menghiasi ruang kosong jiwaku
Cinta, Aku tak tahu kini harus bagaimana
Aku harap kau bisa ku temui,
Saat aku tak tahu kini harus bagaimana
Kuharap kau bisa kutemui,
Saat aku terlelap di bawah pohon kamboja
Sesal semua yang terjadi telah menjadi kenangan
Segores luka yang tersimpan dalam hati
Perih terasa meresap ke aliran darah,sumsum,sampai ketulang
Ini bukan cerita tentang dengki, iri hati, atau ambisi
Tapi ini sebuah cerita
Tentang memori yang jauh tinggal dan takkan mungkin bisa kembali
Seribu bait Tanya ku ucapkan ,
Tapi tak satupun kata bisa menjawabnya
Cinta, sudah ku coba relakan semua
Sudah ku coba mengubur memori yang ada
Taoi mengapa bayangmu selalu menghiasi ruang kosong jiwaku
Cinta, Aku tak tahu kini harus bagaimana
Aku harap kau bisa ku temui,
Saat aku tak tahu kini harus bagaimana
Kuharap kau bisa kutemui,
Saat aku terlelap di bawah pohon kamboja
Khayalan Cinta Yang Sempurna
Pahit, sedikit kopi masih tersisa di gelasku
Sampai regukan terakhir tak juga sisakan apa-apa
Semakin detik berbunyi mengiringi lembut belaian dewi malam disini
Aku…
Masih sendiri di peluk sepi berteman mimpi
Aku masih disini menyusun kata, merangkai dalam bentuk doa
Aku masih sebagai sebutir yang terlintas roda-roda nasib
Aku masih disini merangkai lamunan di tempat peraduan
Tuhan, setiap waktu aku berdoa
Akankah jawab semua ??
Setiap waktu aku meminta
Sebuah pinta yang sederhana
Tuhan, aku hanya ingin dicintai & mencintai
Apakah keinginanku terlalu tinggi
Kurajut harap yang tak pernah pasti
Aku tetap percaya bahwa esok akan ada cinta sejati
Yang akan kumiliki
Sampai regukan terakhir tak juga sisakan apa-apa
Semakin detik berbunyi mengiringi lembut belaian dewi malam disini
Aku…
Masih sendiri di peluk sepi berteman mimpi
Aku masih disini menyusun kata, merangkai dalam bentuk doa
Aku masih sebagai sebutir yang terlintas roda-roda nasib
Aku masih disini merangkai lamunan di tempat peraduan
Tuhan, setiap waktu aku berdoa
Akankah jawab semua ??
Setiap waktu aku meminta
Sebuah pinta yang sederhana
Tuhan, aku hanya ingin dicintai & mencintai
Apakah keinginanku terlalu tinggi
Kurajut harap yang tak pernah pasti
Aku tetap percaya bahwa esok akan ada cinta sejati
Yang akan kumiliki
Sakit Yang Begitu Indah
Perih hatiku, ketika kenangan itu kembali ke otakku
Ingin ku tolak kedatangannya
Namun diriku tak kuasa untuk melakukannya
Apakah Tuhan tak ingin aku melupakan kenangan itu
Kenangan yang membuat hidupku lebih berarti
Yang mengingatkanku akan seseorang dalam hidupku
Dia adalah orang orang yang sangat ku sayangi
Entah kenapa aku menyayanginya
Apakah karena dia mengerti aku, atau dia selalu ada untukku
Aku tak tahu, yang aku tahu
Aku sayang padanya
Tapi saat ini, dia tak di samoingku lagi
Dia bukannya pergi
Kami hanya terpisak tempat, kami hanya berada di tempat yang berbeda
Meski begini aku harap dia masih menganggapki ada,
Dia masih menyayangiku seperti dulu
Dan takkan pernah melupakanku
Walaupun kini diriku sakit karena itu
Namun aku bahagia telah mengenalmu
Ingin ku tolak kedatangannya
Namun diriku tak kuasa untuk melakukannya
Apakah Tuhan tak ingin aku melupakan kenangan itu
Kenangan yang membuat hidupku lebih berarti
Yang mengingatkanku akan seseorang dalam hidupku
Dia adalah orang orang yang sangat ku sayangi
Entah kenapa aku menyayanginya
Apakah karena dia mengerti aku, atau dia selalu ada untukku
Aku tak tahu, yang aku tahu
Aku sayang padanya
Tapi saat ini, dia tak di samoingku lagi
Dia bukannya pergi
Kami hanya terpisak tempat, kami hanya berada di tempat yang berbeda
Meski begini aku harap dia masih menganggapki ada,
Dia masih menyayangiku seperti dulu
Dan takkan pernah melupakanku
Walaupun kini diriku sakit karena itu
Namun aku bahagia telah mengenalmu
Kebahagiaan Cinta
Cinta itu bahagia,
Berhias canda saat ada di dekatnya
Cinta itu realita,
Dirajut kecewa dengan rasa tak percaya
Menyusun angan dari anganku yang lalu
Kini biarlah yang terjadi kujadikan pelajaran
Di setiap langkahku dalam kehidupan
Kini hatiku berlabuh pada sebuah hati
Tapi aku tak tahu akankah abadi
Dan bila cintaku ini tak abadi,
Kuharap dia kumiliki di kehidupan setelah mati
Berhias canda saat ada di dekatnya
Cinta itu realita,
Dirajut kecewa dengan rasa tak percaya
Menyusun angan dari anganku yang lalu
Kini biarlah yang terjadi kujadikan pelajaran
Di setiap langkahku dalam kehidupan
Kini hatiku berlabuh pada sebuah hati
Tapi aku tak tahu akankah abadi
Dan bila cintaku ini tak abadi,
Kuharap dia kumiliki di kehidupan setelah mati
Dewi Malam
Bulan, bukan ku tak mau
Memuja keindahanmu maupun cinta yang abadi
Malam ini hanyalah selubung bagiku
Untuk menyelubungi mata hatiku
Yang kini terasa gelap menatapmu
Saat ini aku merasakan cinta
Tapi mengapa cinta itu pergi dariku
Sungguh, jujur aku sangat mencintaimu
Walaupun ku tak bisa melihatnya
Tapi aku bisa merasakan cinta
Air hujanpun yang turun masih bisa kurasakan
Karena air hujan itu akan membasuh mukaku
Mungkin akan membasuh segala kenangan tentangmu
Yang kini tertinggal di dunia fana
Memuja keindahanmu maupun cinta yang abadi
Malam ini hanyalah selubung bagiku
Untuk menyelubungi mata hatiku
Yang kini terasa gelap menatapmu
Saat ini aku merasakan cinta
Tapi mengapa cinta itu pergi dariku
Sungguh, jujur aku sangat mencintaimu
Walaupun ku tak bisa melihatnya
Tapi aku bisa merasakan cinta
Air hujanpun yang turun masih bisa kurasakan
Karena air hujan itu akan membasuh mukaku
Mungkin akan membasuh segala kenangan tentangmu
Yang kini tertinggal di dunia fana
Langganan:
Postingan (Atom)